Jepang Dilanda Topan Hagibis, Berdampak Ke Indonesia? Ini Penjelasan BMKG

Loading...



Jepang mengalami kejadian bencana bertubi-tubi dalam beberapa hari ini, dan puncaknya terjadi pada Sabtu, 12 Oktober 2019.
Jepang diterpa Topan Hagibis atau Typhoon Hagibis hingga gempa berkekuatan 5,7 skala ritcher.
Atas kejadian itu, di media sosial Twitter hastag #PrayForJapan dan #TyphoonHagibis menjadi trending topik nomor 1 dan 2 di Indonesia.



Bahkan, hingga Sabtu 12 Oktober 2019 sekira pukul 20.00 WIB, hastag #PrayForJapan telah ditulis sebanyak 564 ribu kali dan hastag #TyphoonHagibis sebanyak 51,1 ribu tweet.

Diketahui bahwa Topan Hagibis melanda negara Jepang.

Lalu apakah Topan Hagibis berdampak pada wilayah Indonesia?

Typhoon Hagibis
Typhoon Hagibis ((Screen shot google map))
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, adanya Topan Hagibis 915 hPa di Samudra Pasifik Timur Laut Filipina.

Topan Hagibis akan memicu gelombang setinggi 4 meter di wilayah perairan Indonesia.

Kepala Sub Bidang Iklim dan Cuaca BMKG Agie Wandala mengatakan, Topan Hagibis ini merupakan siklon tropis yang saat ini terjadi di belahan bumi utara.

"(Lokasinya) cukup jauh dari Indonesia, sehingga dampaknya adalah dampak tidak langsung," ujar Agie saat dihubungi Kompas.com, pada Kamis (10/10/2019).

Menurutnya, siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan radius rata-rata mencapai 150-200 km.

Lebih lanjut, siklon tropis terbentuk di atas lautan yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat dengan suhu 26,5 derajat celcius.

"Secara teknis, siklon tropis didefinisikan sebagai sistem tekanan darah rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dan kecepatan angin maksimum setidaknya 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam," ujar Agie.

Dampak ke Indonesia
Dampak ke Indonesia (ilustrasi)
Sementara itu, kadangkala di pusat siklon tropis terbentuk wilayah dengan kecepatan angin relatif rendah dan tanpa awan yang disebut mata siklon.

Mata siklon biasanya memiliki diameter 10-100 km.

Tak hanya itu, mata siklon juga dikelilingi dinding mata, yaitu wilayah berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan 16 km di mana wilayah ini terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar.

Adapun masa hidup siklon tropis rata-rata berumur 3-18 hari, sebab energi siklon didapat dari lautan hangat.

"Oleh karena itu, siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan," ujar Agie.

Tak hanya itu, Agie menambahkan bahwa siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah di berbagai negara, yakni "badai tropis" atau "typhoon" atau "topan" jika fenomena itu terbentuk di Samudra Pasifik Barat.

Kemudian, istilah "siklon" atau "cyclone" disebut jika fenomena terjadi di sekitar India atau Autralia, dan sebutan "hurricane" jika fenomena terbentuk di Samudra Pasifik.

Dilansir dari Kompas.com, Badan Meteorogi Jepang memperingatkan bahwa Topan hagibis kali ini bisa menjadi topan dengan kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.

Dilansir dari New York Times, topan Kanogawa di tahun 1958 menewaskan lebih dari 1.200 orang.

Sementara itu, melansir dari NHK, saat ini orang-orang Jepang tengah bersiap-siap menghadapi Topan Hagibis yang diperkirakan akan menghantam sebagian besar Jepang selama akhir pekan.

Menurut ramalan cuaca Jepang, menyebutkan bahwa badai tersebut kemungkinan besar diperkirakan akan melintas langsung di atas wilayah Tokyo, yang merupakan Ibu Kota Jepang.

Para warga dihimbau bersiap untuk menghadapi angin kencang dan hujan lebat.

Terkait Topan Hagibis yang akan melanda Jepang, pihak perkeretaapian di wilayah Tokyo menyampaikan akan mengumumkan pembatalan layanan di situ web mereka dan melalui media sosial.

Perusahaan penerbangan All Nippon Airways juga menyampaikan akan membatalkan semua penerbangan domestik pada hari Sabtu ke dan dari bandara Haneda dan Narita.

Viral, Foto Langit Jepang Berwarna Ungu Sebelum Terkena Typhoon Hagibis, Topan Terganas Abad Ini
Viral, Foto Langit Jepang Berwarna Ungu Sebelum Terkena Typhoon Hagibis, Topan Terganas Abad Ini (Nasa//Twitter: @BlakeMist)
Jika Anda belum mendengar, topan besar akan menghampiri Jepang, topan tersebut bernama Hagibis.

Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa Typhoon Hagibis kali ini bisa menjadi topan yang kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.

Dilansir dari New York Times, topan Kanogawa di tahun 1958 menewaskan lebih dari 1.200 orang.

Sementara itu, melansir dari NHK , saat ini orang-orang Jepang tengah bersiap-siap menghadapi typhoon Hagibis yang diperkirakan akan menghantam sebagian besar Jepang selama akhir pekan.

Lajur topan Hagibis.
Lajur topan Hagibis. (Google Maps)
Ramalan cuaca menyebutkan bahwa badai tersebut kemungkinan besar diperkirakan akan melintas langsung di atas wilayah Tokyo, yang merupakan Ibu Kota Jepang.

Para warga setempat dihimbau bersiap untuk menghadapi angin kencang dan hujan lebat dari Topan Hagibis tersebut.

Warga Jepang, khususnya di daerah sekitar pulau utama Honshu sedang mempersiapkan diri untuk dihantam dengan kemungkinan badai terburuk dalam lebih dari 60 tahun.

Topan super bernama Hagibis, yang merupakan kata Tagalog untuk "kecepatan", diperkirakan akan mendarat pada 12 Oktober.

Dilansir dari World of Buzz, Typhoon Hagibis ini dikatakan memiliki kekuatan badai setara dengan kategori 5.

1. Topan kategori 5 memiliki ukuran lebih dari 1.400 KM.

Loading...
 2. Hembusan angin diperkirakan memiliki kecepatan lebih dari 240 km/ja

Baru bulan lalu Jepang juga telah dilanda Topan Faxai yang menewaskan tiga orang dan meninggalkan 930.000 terkena dampaknya.

Penduduk yang di daerah tengah lajur topan diharapkan bersiap-siap untuk topan super berikutnya.

Bahkan beberapa warganet telah membagikan beberapa foto yang memperlihatkan langit di Jepang mengalami perubahan warna.

Warga Jepang pun berbagi foto tersebut di platform media sosial, dan menunjukkan langit berubah warna menjafi ungu.

Fenomena ini disebut hamburan seperti yang terjadi di Indonesia, terutama di Jambi yang langitnya berubah menjadi warna merah.

Menurut Science Daily, hamburan terjadi ketika molekul dan partikel kecil di atmosfer mempengaruhi arah cahaya yang menyebabkan cahaya tersebar.

Panjang gelombang cahaya dan ukuran partikel menentukan warna langit.

Jepang telah menghadapi berbagai macam bencana alam selama bertahun-tahun.

Dilansir dari Kompas.com, tagar #SaveJapan ramai dibicarakan di media sosial Twitter.

Sudut kota Tokyo, langit berwarna ungu.
Sudut kota Tokyo, langit berwarna ungu. (Twitter: @BlakeMist)
Sampai dengan Jumat (11/10/2019) sore sekitar pukul 16.55 WIB, tagar tersebut telah dibicarakan sebanyak 181 ribu kali.

Beberapa netizen dalam tagar tersebut menyampaikan kepedulian terhadap bencana typhoon Hagibis yang diperkirakan akan terjadi di Jepang.

“Praying so hard for Japan Please be safe from this Hagibis Typhoon.

Hagibis Typhoon is equivalent with level 5 hurricane I hope Typhoon will pass through without anyone getting hurt and less damaged” tulis akun @taylor_thinnPS.

• Download Melting Me Softly Full Episode Subtitle Bahasa Indonesia (Sub Indo), Video Drakor Indo

• Download Lagu Didi Kempot Banyu Langit MP3, Lirik Lagu dan Video Klip Banyu Langit

“I hope that you stay safe #Savejapan” ujar akun @heyjeju.

“Hope you all will be save #SaveJapan” kata @knomgui_xx Tak ketinggalan beberapa akun asal Indonesia ikut menyampaikan kekhawatirannya.

“Semoga mereka semua selalu dalam lindungan Tuhan #SaveJapan” tulis akun @FridaMaryana “Semoga baik2 saja #SaveJapan” ujar akun @Arfan93171384. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul: Tagar #PrayForJapan Trending di Twitter, Jepang Siap Hadapi Topan Hagibis, Berdampak ke Indonesia?

Editor: Noval Andriansyah

Loading...
LihatTutupKomentar