Keteguhan Gadis Lulusan S2 Dicemooh karena Nikahi Sopir Truk

Loading...

Keteguhan Gadis Lulusan S2 Dicemooh karena Nikahi Sopir Truk
Banyak yang mencibir dan mencemooh pernikahan guru lulusan S2 dengan seorang sopir yang hanya protolan SMA.
Dream - Pernikahan seharusnya menjadi sebuah momen yang membahagiakan. Tetapi hal itu tidak selalu terjadi, terutama jika pasangan dinilai hanya berdasarkan pekerjaannya saja.
Seperti wanita Malaysia bernama Zuraiha Zaini yang mendapat kenyataan pahit dari para tetangga dan kerabatnya yang usil.
Mereka mengkritik Zuraiha dan keluarganya karena menikahi seorang pria yang bekerja sebagai sopir truk.
Hinaan dan nyinyiran tetangga dan kerabatnya itu sangatlah pedih. Sehingga Zuraiha harus meluapkan kekesalannya lewat Twitter.

Gara-gara Gelar dan Pekerjaan

Nyinyiran tetangga dan kerabat muncul karena Zuraiha adalah seorang guru dan lulusan S2 Master di bidang grafis.
Sementara sang suami, Mohd Hafis Hozahli, hanyalah lulusan SPM (setara SMA) dan bekerja sebagai sopir truk.
Perbedaan gelar dan pekerjaan itulah yang jadi bahan nyinyiran tetangga dan kerabat Zuraiha.
Saya guru, suami sopir truk. Saya lulusan sarjana dan Master, suami SPM. Mahar di bawah 10 ribu ringgit (di bawah Rp30 juta). Tapi tetangga menyindir orang tua, 'anak cerdas dikawinkan dengan sopir truk'. Ibu-ibu, memangnya ada yang salah menikah dengan sopir truk? Kita ini hamba yang belum tentu mulia di sisi Tuhan," tulis Zuraiha di akun @AzuraOrkid.
Cuitan Zuraiha itu langsung viral dengan di-retweed sebanyak lebih dari 20.000 kali sejak diunggah pekan lalu.

Berkenalan Sejak di Sekolah Menengah

Wanita 27 tahun itu bangga bisa menikah dengan Hafis pada bulan Agustus 2019.
Lulusan Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Tanjung Malim, Perak, ini berkenalan dengan Hafis di SMA lebih dari 10 tahun yang lalu.
Ketika Zuraiha bisa melanjutkan kuliah dan lulus dengan gelar master dalam bidang seni grafis, Hafis tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan studinya karena masalah biaya.
Akhirnya Hafis hanya mampu sampai pada Sijil Pelajaran Malaysia (setara SMA).
Menurut Zuraiha, karena hanya tamatan SMA, Hafis bekerja secara serabutan saat tinggal di desa. Hingga akhirnya punya pekerjaan tetap sebagai sopir truk.
Hafis kemudian meninggalkan desanya di Sabak Bernam, Selangor ketika dia dan Zuraiha memutuskan untuk bertunangan pada bulan Januari 2019.

Jadi Cibiran Tetangga dan Kerabat

Sayangnya, pertunangannya dengan Hafis tidak mendapat kesan yang bagus di kalangan tetangga dan kerabat. Pernikahan mereka bahkan dicibir habis-habisan.
" Ada sepupu yang bertanya mengapa saya tidak menikah dengan seorang guru atau seseorang dari universitas. Pertanyaan itu bahkan dilontarkan kurang dari 24 jam setelah akad nikah," keluh Zuraiha.
Parahnya, ada tetangga yang mencibir kenapa anak cerdas harus menikah dengan seorang sopir truk.
" Selama resepsi, sebagian tetangga bilang ke orang tua, mengapa anak punya gelar sarjana tetapi menikah dengan seorang sopir truk? Mereka bilang itu tidak cocok," tambah Zuraiha.

Bangga Punya Suami Sopir Truk

Meski mendapat cibiran dan cemoohan, Zuraiha mengaku bangga bahwa suaminya adalah seorang sopir truk yang hanya lulusan SMA.
Zuraiha mengatakan dia tidak merasa malu meski uang antaran pernikahannya di bawah Rp30 juta. Karena dia tidak menjadikan gelar sarjana miliknya untuk menetapkan uang antaran pernikahan.
Saya sangat bersyukur bahwa selama pertunangan keluarga saya tidak meminta uang antaran yang tinggi kepada keluarga calon suami," katanya.
Zuraiha bahkan merasa sangat terkejut setelah keluarga Hafis menambah uang antaran sebanyak 8.000 ringgit atau Rp27 juta saat mendekati pesta pernikahan.Gaji Suami Lebih Tinggi
Zuraiha kemudian mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan. Dia bilang bahwa gaji sopir truk justru lebih tinggi dari guru.
" Jadi, jangan memandang rendah seseorang hanya karena dia sopir truk. Keluarga kami menerimanya karena dia bertanggung jawab, sabar dan suka menolong," kata Zuraiha.
Dia menambahkan bahwa hal yang paling penting adalah menikah dengan seseorang yang akan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.
(ism, Sumber: MalayMail.com)

Loading...
LihatTutupKomentar