VIRAL Langit Di Jepang Berubah Menjadi Ungu Sebelum Diterjang Typhoon Hagibis, Begini Penjelasannya

Loading...

Viral penampakan langit ungu di Jepang sebelum diterjang angin topan terdasyat.
Siapa sangka ternyata fenomena serupa pernah terjadi di Indonesia sebelumnya.
Diberitakan sebelumnya, Jepang sedang dilanda angin topan terdasyat bernama Typhoon Hagibis.



Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa Typhoon Hagibis kali ini bisa menjadi topan yang kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.
Dilansir dari New York Times, topan Kanogawa di tahun 1958 menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Sementara itu, melansir dari NHK , saat ini orang-orang Jepang tengah bersiap-siap menghadapi typhoon Hagibis yang diperkirakan akan menghantam sebagian besar Jepang selama akhir pekan.
Ramalan cuaca menyebutkan bahwa badai tersebut kemungkinan besar diperkirakan akan melintas langsung di atas wilayah Tokyo, yang merupakan Ibu Kota Jepang.
Para warga setempat dihimbau bersiap untuk menghadapi angin kencang dan hujan lebat dari Topan Hagibis tersebut
Warga Jepang, khususnya di daerah sekitar pulau utama Honshu sedang mempersiapkan diri untuk dihantam dengan kemungkinan badai terburuk dalam lebih dari 60 tahun.
Topan super bernama Hagibis, yang merupakan kata Tagalog untuk "kecepatan", diperkirakan akan mendarat pada 12 Oktober.
Dilansir dari World of Buzz Typhoon Hagibis ini dikatakan memiliki kekuatan badai setara dengan kategori 5.
1. Topan kategori 5 memiliki ukuran lebih dari 1.400 KM.
2. Hembusan angin diperkirakan memiliki kecepatan lebih dari 240 km/jam
 Sementara itu, beberapa warganet telah membagikan beberapa foto yang memperlihatkan langit di Jepang mengalami perubahan warna.

Warga Jepang pun berbagi foto tersebut di platform media sosial, dan menunjukkan langit berubah warna menjafi ungu.

Fenomena ini disebut hamburan seperti yang terjadi di Indonesia, terutama di Jambi yang langitnya berubah menjadi warna merah.

Menurut Science Daily, hamburan terjadi ketika molekul dan partikel kecil di atmosfer mempengaruhi arah cahaya yang menyebabkan cahaya tersebar.

Panjang gelombang cahaya dan ukuran partikel menentukan warna langit.

Jepang telah menghadapi berbagai macam bencana alam selama bertahun-tahun.
Terjadi di Jambi
Fenomena serupa juga pernah terjadi di Jambi, kala itu langit Jambi berubah menjafi berwarna merah.
Tak heran jika banyak yang terkejut dengan fenomena langit merah di Jambi, pasalnya warna langit kala itu memang bagaikan darah.
Rupanya fenomena langit merah di Jambi ini merupakan fenomena Hamburan Rayleigh, simak penjelasan lengkapnya oleh BNPB.
Sebelumnya diketahui foto dan video terkait langit merah ini diunggah oleh akun instagram @makassar_iinfo.
Di dalam video terlihat perekam sedang memperhatikan dan memperlihatkan daerahnya yang saat itu langitnya berwarna kemerahan.
Diketahui melalui tulisan di postingan tersebut bahwa foto dan video tersebut diambil di Desa Pulau Mentaro, Kecamatan Kumpe Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi
Mengutip Tribun Lampung, Plt Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo Soetarno mengungkapkan bahwa warna merah terjadi karena pergerakan kabut asap dari titik api atau hotspot.
Loading...
 "Warna merah tersebut merupakan kabut asap yang bergerak dari hotspot yang ada di provinsi bagian selatan Provinsi Riau," ujar Agus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/9) malam.
Namun menurut astronom amatir Indonesia yang bernama Marufin Sudibyo, fenomena langit berwarna merah ini bukanlah karena tingginya suhu atupun pengaruh api.
"Ini nampaknya fenomena Hamburan Rayleigh."
"Hamburan Rayleigh itu hamburan elastis pada cahaya oleh partikel-partikel mikro/nano di udara yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak," ujar Marufin saat dikonfirmasi terpisah Kompas.com, Sabtu (21/9).
Marufin juga mengatakan bahwa fenomena warna langit yang berubah ini memang umum terjadi.
Karena fenomena Reyleigh inilah yang menjadi penyebab kenapa langit biru pada siang hari dan memerah saat senja atau fajar.
"Dalam kasus Jambi ini, kepadatan partikel-partikel mikro/nano di udara nampaknya cukup besar sehingga lebih padat ketimbang konsentrasi partikel pada udara normal," ujar Marufin.
"Karena lebih padat maka berkas cahaya Matahari yang melewatinya akan dihamburkan khususnya pada panjang gelombang pendek (spektrum biru dan sekitarnya) hingga medium (spektrum hijau dan sekitarnya)," lanjutnya.
Dilansir dari Wikipedia, Britannica, dan hyperphysics.phy-astr.gsu.edu, hamburan Rayleigh adalah hasil dari polarisasi listrik partikel.
Medan listrik berosilasi dari gelombang cahaya bekerja pada muatan dalam sebuah partikel, menyebabkan mereka bergerak pada frekuensi yang sama.
Partikel-partikel tersebut menjadi dipol kecil yang memancarkan radiasi yang kita lihat sebagai cahaya yang tersebar.
Partikel-partikel tersebut dapat berupa atom atau molekul individu; dan dapat terjadi ketika cahaya bergerak melalui padatan dan cairan transparan, tetapi paling jelas terlihat dalam gas.
Sinar matahari yang terhambur di atmosfer bumi menyebabkan radiasi langit yang menyebar, yang merupakan mengapa langit berwarna biru di siang hari dan kemerahan saat senja, serta kekuning-kuningan untuk rona kemerahan pada saat matahari rendah.

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Viral Langit Ungu di Jepang Sebelum Diterjang Angin Topan Terdasyat, Pernah Terjadi di Indonesia

Editor: Mutiara Suci Erlanti

Loading...
LihatTutupKomentar